Kenaikan dalam empat pekan berturut-turut ini membuat Investor positif menantikan laporan utama ketenagakerjaan pada pekan depan.
Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa pesanan barang modal non-pertahanan kecuali pesawat, yang merupakan indikator penting untuk rencana pengeluaran bisnis, meningkat 0,5 persen bulan lalu setelah kenaikan 0,3 persen pada Agustus. Angka ini di atas perkiraan 0,1 persen yang diprediksi oleh ekonom dalam survei
Reuters.
Sentimen konsumen pada Oktober naik menjadi 70,5 dari 70,1, lebih tinggi dari perkiraan 69,0.
Sementara itu, ekspektasi inflasi satu tahun turun menjadi 2,7 persen dari 2,9 persen pada pembacaan awal tetapi sesuai dengan hasil akhir September.
Dolar AS menguat terhadap Yen Jepang sebesar 0,26 persen menjadi 152,21 (1 Dolar AS sama dengan 152,21 Yen). Sementara Poundsterling turun tipis 0,02 persen menjadi 1,2969.
Para pemilih di Jepang akan menuju tempat pemungutan suara pada Minggu untuk pemilihan umum, dengan survei menunjukkan Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa bisa kehilangan dominasinya selama lebih dari satu dekade, yang mungkin akan menyulitkan rencana kebijakan moneter Bank of Japan (BOJ).
Investor kini memusatkan perhatian pada laporan ketenagakerjaan pemerintah AS untuk Oktober yang diperkirakan akan dipengaruhi oleh pemogokan di Boeing dan dua badai yang melanda kawasan Tenggara AS.
"Kita telah mengalami kalibrasi ulang besar-besaran dalam ekspektasi ekonomi untuk AS dan proses tersebut tampaknya sebagian besar telah selesai. Arah kebijakan Fed terlihat jauh lebih masuk akal dan perbedaan suku bunga antara AS dan ekonomi besar lainnya mulai stabil," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Corpay, Toronto.
Di Eropa, survei pada Jumat menunjukkan sentimen bisnis Jerman mengalami peningkatan lebih dari yang diharapkan.
Presiden Bank Sentral Eropa (ECB), Christine Lagarde, mengatakan inflasi di zona Euro "berjalan dengan baik" untuk mencapai target dua persen ECB tahun depan.
Dolar juga mendapat keuntungan dari meningkatnya ekspektasi pasar terkait kemenangan kandidat Republik dan mantan Presiden AS, Donald Trump, yang kemungkinan akan membawa kebijakan inflasi seperti tarif.
BERITA TERKAIT: